Wanua.id — India kembali mencatat lonjakan kasus COVID-19 di tengah munculnya varian baru, NB.1.8.1. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan India, jumlah kasus aktif secara nasional telah mencapai 5.364, dengan 498 kasus baru tercatat dalam 24 jam terakhir hingga Jumat (6/6/2025).
Negara bagian Kerala mencatat infeksi tertinggi dengan 192 kasus, disusul Gujarat (107 kasus), Benggala Barat (58 kasus), dan Delhi (30 kasus). Sejak Januari 2025, India telah melaporkan 55 kematian terkait COVID-19, termasuk empat kematian terbaru.
Pihak berwenang meningkatkan kesiapsiagaan dengan mengaktifkan kembali protokol darurat, termasuk simulasi penanganan kasus, serta pengecekan ulang ketersediaan oksigen, ruang isolasi, ventilator, dan obat-obatan esensial.
Lonjakan ini dipicu oleh penyebaran varian NB.1.8.1, subvarian Omicron yang diklasifikasikan sebagai rekombinan. Varian ini terdeteksi di berbagai negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia, Thailand, Cina, dan Hong Kong. Selain NB.1.8.1, varian LF.7 juga dilaporkan menyebabkan sebagian kasus di India.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan NB.1.8.1 sebagai variant under monitoring (VUM) pada 23 Mei 2025. Data global menunjukkan varian ini kini menyumbang sekitar 10,7% dari sekuens virus yang dikirimkan ke database internasional, naik signifikan dari 2,5% pada bulan sebelumnya.
Gejala umum varian ini termasuk sakit tenggorokan, batuk, demam, nyeri otot, hidung tersumbat, serta gejala pencernaan seperti mual dan diare. Pakar kesehatan menyatakan belum ada bukti bahwa NB.1.8.1 menyebabkan gejala yang lebih parah, namun tingkat penularannya dinilai lebih tinggi.
Vaksin COVID-19 yang ada saat ini masih dianggap efektif dalam mencegah gejala berat dan kematian, meskipun ada indikasi bahwa varian baru ini mampu menghindari sebagian perlindungan dari vaksin maupun infeksi sebelumnya.
Para ahli kesehatan menyerukan agar masyarakat tetap waspada dengan menjalankan protokol dasar seperti mengenakan masker, menjaga jarak, serta melakukan tes jika mengalami gejala.