COP30 di Brasil: Dunia Hadapi Momen Penentu Krisis Iklim, Indonesia Dorong Komitmen Aksi Nyata

oleh -12 Dilihat

Wanua.id – Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-30 (COP30) resmi dibuka di Kota Belém, Brasil, pada Kamis (6/11/2025). Pertemuan yang berlangsung hingga 21 November ini menjadi ajang penting bagi para pemimpin dunia untuk menegaskan kembali komitmen global menghadapi krisis iklim yang semakin mendesak.

Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, dalam pidato pembukaannya menegaskan bahwa COP30 harus menjadi “moment of truth”—momen penentuan arah tindakan nyata umat manusia menyelamatkan planet ini. Ia mengingatkan, tanpa langkah konkret, masyarakat dunia akan kehilangan kepercayaan terhadap lembaga internasional dan sistem multilateral yang selama ini menjadi tumpuan harapan.

“Jika kita gagal melampaui pidato dan tidak bergerak pada tindakan nyata, maka dunia akan kehilangan arah dan kepercayaan,” tegas Lula di hadapan para pemimpin dunia di jantung Amazon.

Sebagai negara tuan rumah KTT Bumi pertama pada tahun 1992, Brasil kembali mengulang sejarah dengan mengangkat isu keberlanjutan hutan tropis dan keanekaragaman hayati. Hutan Amazon kini menjadi simbol sekaligus saksi perdebatan antara ambisi ekonomi dan tanggung jawab ekologis dunia.

Di tengah momentum ini, Indonesia hadir dengan komitmen untuk memperkuat posisi negara berkembang dalam transisi menuju ekonomi hijau. Delegasi Indonesia menekankan pentingnya keadilan iklim (climate justice) dan dukungan pendanaan internasional yang berkeadilan bagi negara-negara yang masih bergantung pada sumber daya alam.

Indonesia juga membawa capaian dan tantangan dalam upaya penurunan emisi, termasuk program FOLU Net Sink 2030, transisi energi bersih, serta perlindungan kawasan hutan dan mangrove. Dalam pernyataannya, perwakilan Indonesia menegaskan bahwa keberhasilan global tidak akan terwujud tanpa tanggung jawab bersama namun berbeda kemampuan (common but differentiated responsibilities).

Selain itu, Indonesia mendorong penguatan kerja sama Selatan-Selatan (South-South Cooperation) dalam adaptasi perubahan iklim berbasis komunitas. Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengintegrasikan aksi iklim ke dalam agenda pembangunan nasional, termasuk pemberdayaan masyarakat lokal dan desa tangguh iklim.

Presiden Lula juga mengingatkan dunia tentang pelajaran dari pandemi Covid-19, bahwa kolaborasi global berbasis sains dan kemauan politik dapat membawa perubahan besar. Pesan ini menggema di tengah meningkatnya tekanan terhadap para pemimpin dunia untuk memastikan COP30 tidak hanya menjadi ajang simbolik, tetapi menghasilkan keputusan bersejarah bagi masa depan planet.

Dengan latar hutan Amazon yang menjadi paru-paru dunia, COP30 diharapkan melahirkan langkah konkret dalam menekan emisi karbon, melindungi keanekaragaman hayati, serta memperkuat solidaritas global untuk menghadapi krisis iklim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *