Gawat, Satu dari Tiga Remaja Alami Masalah Kesehatan Mental

oleh -94 Dilihat

Wanua.id – Masalah kesehatan mental di kalangan anak dan remaja di Indonesia, termasuk di Sulawesi Utara, semakin menjadi perhatian. Sayangnya, data lengkap mengenai kondisi ini secara nasional masih terbatas. Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022, survei pertama yang memetakan kesehatan mental remaja usia 10-17 tahun, mengungkapkan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, setara dengan 15,5 juta remaja yang menghadapi berbagai gangguan mental.

Di Sulawesi Utara, fenomena ini tercermin dalam tingginya angka kecemasan dan depresi di kalangan pelajar. Banyak remaja di daerah ini yang terpengaruh oleh tekanan akademik dan masalah sosial, termasuk dinamika keluarga dan pergaulan yang tidak sehat. Dosen Promosi Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, dr. Irny E. Maino, menegaskan pentingnya peran guru dan orang tua dalam mendeteksi tanda-tanda gangguan mental. “Peran guru dan orang tua sangat penting dalam kesehatan mental anak karena mereka yang seharusnya paling mengenal anak-anak ini. Biasanya, gangguan kesehatan mental tidak terjadi secara langsung, tetapi ada proses. Mereka perlu peka terhadap perubahan perilaku, konsentrasi belajar, dan suasana hati anak,” ungkap dr. Irny.

Di Sulawesi Utara, lingkungan sosial yang padat dan seringnya interaksi antar anak dan remaja memberikan tantangan tersendiri. Faktor-faktor seperti pengaruh media sosial, harapan dari keluarga untuk berprestasi, dan pergaulan yang tidak sehat berkontribusi pada meningkatnya risiko gangguan mental di kalangan remaja. Lebih lanjut, dr. Irny menambahkan, menciptakan lingkungan positif yang mendukung dan melibatkan anak dalam kegiatan berkualitas adalah hal yang sangat penting. “Dengan cara ini, anak-anak akan merasa menjadi bagian penting dan berharga. Banyak kasus anak dan remaja dengan gangguan kesehatan mental, bahkan yang ringan seperti kecemasan, dipicu oleh perasaan tidak dianggap oleh lingkungan mereka.”

Dengan adanya data ini, diharapkan masyarakat Sulawesi Utara, terutama guru dan orang tua, dapat lebih peka terhadap masalah kesehatan mental dan menciptakan dukungan yang diperlukan untuk membantu anak-anak dan remaja menghadapi tantangan ini. Peningkatan kesadaran dan tindakan preventif di tingkat lokal dapat membantu menciptakan generasi muda yang lebih sehat dan berdaya saing. (ar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *