Avery Johnstone, Manajer Pusat Dekarbonisasi Global KPMG, menekankan bahwa generasi ini memiliki potensi besar untuk memimpin perubahan di masa depan. “Mereka adalah sumber daya yang memahami kebutuhan generasi mereka dengan pendekatan tingkat sistem dan wawasan ekonomi global,” ujarnya.
Meskipun demikian, laporan tersebut mencatat bahwa hanya 49 persen responden yang percaya bahwa organisasi mereka telah sepenuhnya menanamkan prinsip ESG ke dalam strategi perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara komitmen perusahaan dan pelaksanaannya di lapangan. Lebih dari setengah responden mempertimbangkan faktor ESG dalam memilih pekerjaan. Bahkan, hampir 48 persen menyatakan kesediaan mereka untuk meninggalkan perusahaan yang tidak memiliki komitmen kuat terhadap isu-isu keberlanjutan.
Para ahli dalam laporan ini menyoroti pentingnya kolaborasi lintas generasi untuk memberdayakan profesional muda. Dengan menyediakan ruang inklusif untuk dialog dan pengambilan keputusan, organisasi dapat memberdayakan talenta muda dan mendorong inovasi yang berkelanjutan. Laporan KPMG memperingatkan bahwa kegagalan melibatkan generasi muda dalam strategi ESG dapat menimbulkan risiko besar, seperti hilangnya kepercayaan staf dan masalah reputasi. Sebaliknya, keterlibatan mereka dapat membuka peluang untuk solusi jangka panjang yang inovatif dan beragam. (ar)