Politik dan Media Sosial, Ketika Kisah Sopir Jadi Wakil Rakyat Berujung Kontroversi

oleh -90 Dilihat

Wanua.id – Wahyudin Moridu, mantan anggota DPRD Gorontalo, menjadi sorotan publik setelah mengungkapkan latar belakang hidupnya sebagai sopir sebelum terjun ke dunia politik. Pengakuan itu mengejutkan banyak orang dan langsung memicu diskusi luas di media sosial. Netizen kemudian mengaitkan kisah Wahyudin dengan Ahmad Sahroni, politisi NasDem yang juga pernah berprofesi serupa.

Persamaan kisah keduanya membuat publik ramai membandingkan. Ada yang menilai latar belakang sederhana seharusnya membuat politisi lebih dekat dengan rakyat, namun pada kenyataannya ucapan keduanya justru memicu kontroversi. Seorang pengguna Threads menulis, “Loh.. anggota DPR ini mantan sopir semua?” yang kemudian viral. Komentar lain menambahkan, “Ahmad Sahroni juga dari supir,” sementara ada juga yang menjadikannya inspirasi dengan menulis, “Saya mantan supir juga sih.. mudah2an saya besok jadi orang sukses ya.”

Wahyudin sendiri menyatakan siap kembali bekerja sebagai sopir truk setelah diberhentikan dari jabatannya. Hal itu ia sampaikan lewat siaran langsung TikTok milik istrinya, Mega Nusi, di mana ia mengakui kesalahan dan menyatakan tidak akan mencari pembenaran. “Saya mulai dari nol lagi, jadi supir truk lagi. Dan pergaulan saya akan tetap seperti kemarin,” ucapnya. Ia bahkan berencana menghadiri demonstrasi di kantor DPRD Provinsi Gorontalo untuk meminta maaf secara langsung kepada masyarakat.

Kisah ini menegaskan bahwa di era media sosial, perjalanan seorang politisi tidak hanya ditentukan oleh partai atau jabatan, tetapi juga oleh bagaimana publik menafsirkan ucapan dan tindakannya. Latar belakang sederhana bisa menghadirkan simpati, namun tidak menjamin terbebas dari kritik. Publik kini melihat kisah Wahyudin dan Sahroni sebagai cermin bahwa politik adalah ruang penuh tantangan, di mana setiap kata bisa menjadi sorotan dan membentuk narasi baru di ruang digital.