Yayasan Bina Lentera Insan Dorong Ketangguhan Sosial-Ekologi di Tengah Tantangan Demokrasi

oleh -145 Dilihat

Wanua.id, Depok – Pemilu 2024 yang baru saja usai menyisakan kekhawatiran di kalangan masyarakat sipil. Proses yang dinilai jauh dari prinsip demokrasi, potensi ancaman terhadap kebebasan sipil, serta dampaknya pada keberlanjutan lingkungan menjadi sorotan utama. Menanggapi tantangan ini, Yayasan Bina Lentera Insan terus memperkuat kiprahnya dalam mendukung ketangguhan sosial-ekologi di Indonesia melalui kolaborasi lintas sektor.

Dalam program Resilient Indonesian Slums Envisioned (RISE) yang digagas Yayasan Humanis bekerja sama dengan Radboud University, Yayasan Bina Lentera Insan terlibat aktif dalam upaya membangun ketangguhan sosial-ekologi di kawasan kumuh. Program yang didukung oleh The Dutch Research Council (NWO) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini memfokuskan perhatian pada tiga wilayah utama, yakni Manado, Bima, dan Pontianak, dengan pendekatan berbasis sumber daya air untuk mitigasi bencana dan pembangunan berkelanjutan.

Pertemuan tahunan Project RISE yang berlangsung pada 13-14 Desember 2024 di Depok, Jawa Barat, menjadi momen penting untuk memperkuat kolaborasi ini. Dalam pertemuan tersebut, Asep Rahman, SKM., M.Kes., dari Yayasan Bina Lentera Insan bergabung dengan sejumlah peserta dari berbagai institusi, termasuk M. Ilham Saenong dan Hamong Santono dari Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial, Siti Rahmawati dari Gemawan, Liswar Ahmad dari Pemuda Tanggung Tanggap Bencana (PTTB) Kota Bima, Fauzan Ikhlas Wira Rohmat, S.Si., M.T. dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T. dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Dr. Bagus Takwin, M.Hum., Psikolog, Dr. Paksi C.K Walandouw, S.E., M.A dan Lucky Winara dari Universitas Indonesia (UI), serta Prof. Missiliana Riasnugrahani dan Dr. Tery Setiawan dari Universitas Kristen Maranatha.

Diskusi intensif ini berfokus pada implementasi hasil penelitian yang mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Asep Rahman menegaskan bahwa keterlibatan masyarakat adalah elemen kunci dalam menciptakan ketangguhan sosial-ekologi. Ia menyampaikan bahwa kolaborasi lintas sektor harus mampu menghadirkan solusi yang terintegrasi dan berkelanjutan, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kawasan rentan seperti daerah kumuh. Menurutnya, upaya ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga memastikan bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk menghadapi dan bangkit dari berbagai tantangan.

Senada dengan hal tersebut, Liswar Ahmad dari Pemuda Tanggung Tanggap Bencana (PTTB) Kota Bima menyampaikan bahwa kolaborasi seperti ini sangat penting, terutama untuk masyarakat di kawasan yang sering terdampak bencana. Ia berharap hasil penelitian dari Project RISE dapat menjadi acuan dalam membangun ketangguhan masyarakat secara lebih holistik.

Program RISE diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan di Indonesia, khususnya dalam penanggulangan bencana berbasis sumber daya air. Dengan sinergi yang terjalin antara lembaga masyarakat, akademisi, dan pemangku kebijakan, Yayasan Bina Lentera Insan optimis bahwa langkah ini dapat memperkuat peran masyarakat sipil dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan demokratis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *