Wanua.id — Yayasan Bina Lentera Insan, lembaga yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat, pendidikan, dan kesehatan di Sulawesi Utara, resmi terpilih sebagai salah satu dari lima NGO penerima BisaBerdaya Fund 2025 dari Kitabisa.org. Program ini dirancang untuk memperkuat kapasitas NGO lokal dalam mendorong keadilan sosial dan ekonomi, sejalan dengan semangat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dari 174 proposal yang masuk dari seluruh Indonesia, Yayasan Bina Lentera Insan berhasil lolos seleksi ketat dan tampil sebagai salah satu yang terbaik melalui program “Lentera Herbal, Mandiri Finansial”—sebuah inisiatif pemberdayaan suku Bajo di pesisir Sulawesi Utara melalui budidaya dan pemanfaatan tanaman herbal lokal.
Program ini mencakup pelatihan pengolahan herbal berbasis kearifan lokal, pengembangan kebun komunitas, serta pembentukan koperasi produsen yang dikelola langsung oleh ibu-ibu Bajo. Selain meningkatkan pendapatan dan keterampilan, inisiatif ini juga bertujuan memperkuat ketahanan kesehatan keluarga dan pelestarian tanaman obat tradisional.
“Kami percaya bahwa masyarakat adat, seperti suku Bajo, memiliki warisan pengetahuan lokal yang sangat berharga. Melalui program ini, kami ingin memastikan pengetahuan itu tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi sumber kemandirian ekonomi dan kesehatan komunitas,” ujar Asep Rahman, Ketua Yayasan Bina Lentera Insan.
Proses inkubasi terakhir dilaksanakan pada 9–15 Juni 2025 di Graha TMII Jakarta dan diikuti oleh 20 NGO finalis. Dalam kegiatan tersebut, Yayasan Bina Lentera Insan mendapatkan pelatihan intensif dari para praktisi dan tokoh sosial seperti Iqbal Hariadi (CEO Proud Project) dan Irfan Prabowo (CEO Infipop) terkait strategi branding organisasi dan keterlibatan komunitas.
Selain Yayasan Bina Lentera Insan, empat NGO lain yang terpilih adalah Ulur Wiji Foundation (Mojokerto), Yayasan Kolaborasi Aksi Lingkungan (Wonosobo), Jack Boven (Papua Selatan), dan Yayasan Untuk Teman Indonesia (Yogyakarta). Kelima organisasi ini akan mendapatkan pendanaan, pendampingan, dan penguatan kapasitas selama periode Juni hingga Desember 2025, dengan proses monitoring dan evaluasi oleh tim BisaBerdaya Fund dan Kitabisa.org.
Direktur Kitabisa.org, Edo Irfandi, menegaskan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada bantuan dana, tetapi juga membangun ekosistem kolaboratif bagi NGO lokal agar mampu tumbuh dan memberi dampak jangka panjang. “BisaBerdaya adalah tentang kolaborasi, inovasi lokal, dan keberdayaan komunitas,” ujarnya.
Sebagai bagian dari gerakan ini, Yayasan Bina Lentera Insan menyatakan komitmennya untuk terus bersinergi dengan berbagai pihak dalam memperkuat ekosistem kewirausahaan sosial berbasis komunitas. Dengan membawa semangat “mandiri secara ekonomi, lestari secara lingkungan, dan berdaya secara budaya”, program ini diharapkan menjadi contoh praktik baik dari timur Indonesia.