Wanua.id — Transformasi sumber daya manusia (SDM) di Sulawesi Utara menjadi agenda penting yang terus digalakkan melalui sinergi multipihak (01/07/2025). Forum Group Discussion (FGD) bertema “Memperkuat Peran Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dalam Mendorong Transformasi Sumber Daya Manusia Sulawesi Utara” digelar di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sulawesi Utara, Kota Manado. Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Yayasan Bina Lentera Insan (YBLI), BPMP Sulut, dan Persaudaraan Wanita Tionghoa Indonesia (Perwanti).
FGD menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari kalangan pendidikan, dunia usaha, dan pemerintahan. Di antara peserta hadir perwakilan dari Universitas Sam Ratulangi, Politeknik Negeri Manado, Universitas Muhammadiyah Manado, serta sejumlah instansi strategis seperti Disperindag Sulut, Disnakertrans, Bappeda, Dinas Pendidikan, BPSDM, dan Kanwil DJP Suluttenggomalut.
Beragam isu strategis menjadi pembahasan utama, mulai dari kesenjangan kompetensi lulusan pendidikan vokasi, pemanfaatan insentif fiskal, hingga peluang kolaborasi yang lebih relevan dengan perkembangan dunia industri masa kini.
Sebagai pembicara kunci, Antonius Joenoes Supit menyoroti perlunya mencontoh sistem pendidikan vokasi negara-negara yang telah sukses mencetak tenaga kerja kompeten. “Pendidikan dan pelatihan vokasi ‘Made in Germany’ merupakan salah satu jaminan penting agar dunia usaha dan dunia industri kami mampu bersaing dalam persaingan global,” ujarnya. Ia juga menekankan manfaat besar dari Sistem Ganda, yang memberikan masa depan lebih baik bagi generasi muda dan berdampak langsung pada rendahnya tingkat pengangguran.
Senada dengan itu, Febry HJ Dien ST M.Inf.Tech (MAN) dari BPMP Sulut menekankan pentingnya membangun jaringan kerja sama yang kuat dan berdampak. “BPMP Sulawesi Utara mendorong terbentuknya jejaring kerja sama yang terarah dan berdampak. Kami percaya sinergi antara lembaga pendidikan, industri, dan komunitas akan menjadi kunci penguatan daya saing daerah. Kami berharap forum ini menjadi awal kerja sama yang lebih konkret,” jelasnya.
Dukungan juga datang dari Ketua Perwanti, Surijaty Aminan, yang menegaskan bahwa keterlibatan perempuan dan keluarga dalam proses penguatan SDM harus menjadi bagian dari agenda vokasi. “Kami di Perwanti akan mendukung aktivitas ini sebagai bagian dari penguatan peran perempuan dan keluarga dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penguatan vokasi berarti juga penguatan ekonomi rumah tangga,” katanya.
Salah satu perhatian forum ini adalah minimnya pemanfaatan kebijakan supertax deduction—insentif pajak hingga 300% bagi pelaku industri yang aktif dalam pelatihan vokasi dan penelitian. Rendahnya sosialisasi serta keterbatasan pendampingan teknis disebut sebagai hambatan utama yang perlu segera ditangani.
Forum ditutup dengan penyusunan sejumlah rekomendasi, termasuk pentingnya penyelarasan kurikulum pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri, penguatan peran pemerintah daerah dalam fasilitasi kolaborasi lintas sektor, serta pembentukan kemitraan berkelanjutan antara lembaga pendidikan dan pelaku usaha.
Ketua Yayasan Bina Lentera Insan, Asep Rahman, menegaskan bahwa forum ini akan menjadi langkah awal menuju aksi nyata di lapangan. “Kami percaya bahwa transformasi SDM tidak dapat dilakukan sendiri. Dibutuhkan kolaborasi nyata lintas sektor agar potensi Sulawesi Utara benar-benar mampu membawa manfaat bagi masyarakat secara luas,” ujarnya.