Kasus bunuh diri kembali mencuat di kalangan remaja setelah seorang mahasiswi berinisial E, berusia 18 tahun, melompat dari lantai 6 gedung parkir kampus di Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Jumat malam, 4 Oktober 2024. Kapolsek Grogol Petamburan, Komisaris Polisi Reza Hafiz Gumilang, mengungkapkan bahwa dalam buku catatan milik E, ditemukan sebuah sajak berbahasa Mandarin yang, menurut keluarga dan Google Translate, berisi tentang kehidupan. Ini menambah kekhawatiran terkait meningkatnya angka bunuh diri di kalangan remaja dan mahasiswa.
Kasus ini menyoroti masalah kesehatan mental yang mendesak di Indonesia, terutama di kalangan remaja dan mahasiswa baru. Data yang ada menunjukkan bahwa angka bunuh diri remaja mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya tekanan akademik, perasaan isolasi, dan kesulitan adaptasi sosial yang dialami para mahasiswa.
Kematian tragis E menambah deretan panjang kasus serupa yang seringkali muncul tanpa tanda-tanda jelas sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental di kalangan generasi muda mungkin masih banyak yang belum teridentifikasi dan tertangani dengan baik. Banyak remaja yang merasa sulit untuk terbuka atau mencari bantuan profesional karena stigma yang masih melekat pada isu kesehatan mental di masyarakat.
Selain itu, transisi dari masa sekolah ke perguruan tinggi seringkali membawa beban emosional yang besar bagi mahasiswa baru. Perasaan cemas, takut gagal, dan kesulitan dalam menyeimbangkan kehidupan akademik dan pribadi sering kali menjadi penyebab depresi dan rasa putus asa.
Darurat kesehatan mental yang kini menjadi sorotan penting harus segera direspon oleh institusi pendidikan dan lembaga kesehatan terkait. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memperkuat layanan konseling di kampus, serta menyediakan ruang aman bagi mahasiswa untuk berbagi masalah yang mereka hadapi. Meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama di kalangan orang tua dan pendidik, tentang tanda-tanda awal depresi dan gangguan mental di kalangan remaja juga menjadi langkah penting dalam mencegah kasus-kasus serupa di masa mendatang.
Kematian E menjadi pengingat bahwa masalah kesehatan mental memerlukan perhatian serius dari seluruh pihak. Mengabaikan gejala-gejala yang mungkin terlihat sepele bisa berakibat fatal, dan pendekatan yang lebih holistik terhadap kesejahteraan mental remaja harus segera diterapkan untuk mengurangi risiko yang mengancam generasi muda ini. (ar)






