Rencana Bandara Pulau Lembeh Sudah Bergulir Sejak 2017, Kini Kembali Mengemuka

oleh -44 Dilihat

Wanua.id – Rencana pembangunan Bandara Internasional di Pulau Lembeh, Kota Bitung, kembali menjadi sorotan setelah masuk dalam daftar program strategis yang dipaparkan Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus Komaling (YSK), kepada Bappenas RI. Namun sesungguhnya, rencana ini bukan hal baru. Proyek bandara yang digadang-gadang akan menunjang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Merah Bitung itu sudah mulai dibahas sejak beberapa tahun lalu.

Pada tahun 2017, Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara saat itu, Daniel Mewengkang, mengungkapkan bahwa pemerintah provinsi tengah menjajaki kerja sama dengan pihak Cina untuk membangun bandara di Pulau Lembeh. “Saat ini sementara dalam perbincangan dengan Cina,” ujar Daniel pada Kamis, 14 Desember 2017, seperti dikutip dari Tempo.

Gubernur Sulut saat itu, Olly Dondokambey, juga menyatakan bahwa rencana pembangunan bandara telah diakomodasi dalam dokumen perencanaan jangka panjang daerah. “Pada RTRW Sulut Pasal 21 telah menetapkan pembangunan bandara di Pulau Lembeh, Kota Bitung,” kata Olly dalam pernyataannya di Jakarta pada 12 Oktober 2017, sebagaimana dilansir Antara.

Olly menambahkan bahwa perencanaan tersebut juga diperkuat dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K), yang menetapkan Pulau Lembeh dan wilayah sekitarnya sebagai Kawasan Cepat Tumbuh. Dengan demikian, keberadaan infrastruktur pendukung seperti bandara dan jembatan penghubung antara Bitung dan Pulau Lembeh dinilai sangat mendesak untuk direalisasikan.

Kini, di bawah kepemimpinan Gubernur YSK, proyek ini kembali diangkat ke tingkat nasional dan menjadi salah satu dari sejumlah program prioritas yang diajukan ke Bappenas. Dukungan dari pemerintah pusat diharapkan dapat mempercepat realisasi bandara yang selama bertahun-tahun menjadi harapan besar masyarakat dan pelaku usaha di Bitung dan sekitarnya.

Dengan letaknya yang strategis, bandara di Pulau Lembeh diyakini tidak hanya akan mempercepat konektivitas, tetapi juga memperkuat posisi Bitung sebagai gerbang ekonomi dan pariwisata di kawasan timur Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *