Aktivis ’98 di Pangkuan ’08: Dari Kritis Jadi Loyalis Prabowo?

oleh -89 Dilihat
Dari kritis jadi loyalis?

Wanua.id – Sejumlah aktivis reformasi 1998 kini berada dalam kubu Prabowo Subianto, sosok yang dulu menjadi sasaran kritik tajam mereka. Perubahan sikap ini memicu kontroversi publik dan dianggap sebagai bentuk “menjilat” kepada figur yang pernah mereka tentang. Prabowo, yang pernah menjadi bagian dari lingkaran kekuasaan Orde Baru sebagai menantu Presiden Soeharto, kini menggaet aktivis-aktivis ’98 sebagai calon menteri, wakil menteri, dan pejabat strategis dalam kabinet Prabowo-Gibran.

Budiman Sudjatmiko, yang terkenal sebagai aktivis PRD dan penentang keras Orde Baru, mendukung Prabowo pada Pilpres 2024, meski harus menerima pemecatan dari PDIP. Dukungan ini menuai kritik tajam terkait konsistensi idealismenya.

Fahri Hamzah, mantan aktivis Universitas Indonesia dan pendiri KAMMI, kini menjadi salah satu sekutu paling loyal Prabowo. Dulu lantang mengkritik otoritarianisme, Fahri kini memperlihatkan transformasi politik yang memicu tanda tanya.

Nezar Patria, yang pernah diculik dan disiksa oleh rezim Orde Baru, kini justru mendukung Prabowo. Saat ini, Nezar menjabat sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika di pemerintahan Jokowi dan digadang-gadang akan menempati posisi strategis di kabinet Prabowo-Gibran.

Mugiyanto Sipin, mantan korban penculikan Orde Baru, kini bekerja sebagai Tenaga Ahli di Kantor Staf Presiden. Meskipun trauma masa lalunya terkait penculikan belum terlupakan, ia tetap berada di orbit kekuasaan yang dipimpin oleh sosok yang pernah menjadi bagian dari rezim Orde Baru.

Immanuel Ebenezer menjadi salah satu contoh paling mencolok dari perubahan sikap politik ini. Dulu aktif dalam Kelompok Aktivis ’98 dan pernah memimpin Jokowi Mania (Joman), organisasi relawan yang mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Namun, di Pilpres 2024, Joman bertransformasi menjadi Prabowo Mania, menandakan pergeseran total arah politik Immanuel.

Agus Jabo Priyono, aktivis mahasiswa Solo dan tokoh penting dalam aksi massa melawan Orde Baru, juga bergabung ke dalam kubu Prabowo. Bersama Budiman Sudjatmiko, Agus Jabo turut membentuk Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada 1996 dan kini memimpin Partai Prima. Langkah politiknya dinilai mencerminkan pragmatisme dalam dunia politik Indonesia saat ini.

Transformasi dan perubahan sikap para mantan aktivis ini menggambarkan betapa cairnya politik Indonesia. Aliansi-aliansi yang dulu mustahil kini terbentuk dengan cepat, membuat garis antara idealisme dan oportunisme semakin kabur.

Apakah perubahan ini merupakan hasil dari kesadaran politik baru atau sekadar ambisi kekuasaan? Manuver ini bukan hanya menimbulkan ironi sejarah tetapi juga menantang persepsi publik tentang komitmen dan konsistensi para mantan aktivis reformasi dalam menghadapi kekuasaan. (ar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *