AZWI Kecewa atas Hasil INC-5: Harapan Tertuju pada INC-5.2

oleh -137 Dilihat

Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengungkapkan kekecewaannya terhadap hasil pertemuan negosiasi kelima Perjanjian Plastik Global (INC-5) di Busan, Korea Selatan. Pertemuan ini, yang semula diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan ambisius untuk mengatasi krisis plastik global, justru berakhir tanpa keputusan konkret.

Ketua INC, Luis Vayas, mengusulkan teks yang diedarkan pada 1 Desember sebagai draf untuk negosiasi mendatang. Dalam sesi pleno yang berlangsung hingga malam hari, mayoritas anggota negosiasi—termasuk 95 negara pendukung Meksiko—mendorong pengurangan plastik primer global dalam Pasal 3 draf teks. Dukungan juga diberikan oleh 85 negara untuk Rwanda yang mengusulkan perjanjian lebih ambisius.

Namun, perundingan kembali terpecah. Negara-negara penghasil plastik besar dan industri mendominasi arah diskusi, menghambat upaya signifikan untuk membatasi produksi plastik dan menghilangkan bahan kimia berbahaya di dalamnya.

Seruan Perubahan di INC-5.2

Juliet Kabera, Ketua Delegasi Rwanda, dalam pernyataannya yang mendapatkan tepuk tangan meriah, menegaskan pentingnya negosiasi yang serius untuk mencapai tujuan nyata. Senada dengan Kabera, Ketua Delegasi Panama, Juan Carlos Monterrey Gomez, menekankan bahwa menunda negosiasi hanya akan memperparah krisis plastik.

Para pengamat masyarakat sipil melihat INC-5.2 sebagai peluang terakhir untuk memperbaiki kelemahan dan memperkuat pasal-pasal yang ada. Perjanjian ini diharapkan mampu menjawab mandat Resolusi UNEA 5/14 dan menyelesaikan krisis plastik global dari hulu ke hilir.

“Sudah saatnya produsen plastik mengakui bahwa strategi mereka harus berubah, mempertimbangkan pendanaan lingkungan, dan masa depan generasi berikutnya. Jika produksi plastik terus meningkat, polusi akan semakin parah dan mempercepat kepunahan makhluk hidup,” ujar Yuyun Ismawati dari Nexus3 Foundation.

Abdul Ghofar dari Walhi Nasional menyoroti kegagalan pertemuan ini sebagai catatan penting. Menurutnya, negara-negara Asia, termasuk Indonesia, harus bersatu menunjukkan keberpihakan pada lingkungan hidup dan kesehatan manusia.

“Negosiasi tambahan (INC-5.2) harus menjadi momentum terakhir untuk mengakhiri pencemaran plastik. Hanya dengan ambisi tinggi dan keberpihakan yang jelas pada lingkungan, kita dapat mengatasi tantangan global ini,” pungkasnya.

Pertemuan INC-5 telah menyoroti betapa kompleksnya upaya menyelaraskan kepentingan global dalam menghadapi krisis plastik. Harapan kini bertumpu pada INC-5.2, di mana keputusan yang lebih berani dan mengikat diharapkan dapat terwujud.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *