ChatGPT Kalahkan Dokter dalam Diagnosis Medis, Masa Depan Dunia Kesehatan?

oleh -114 Dilihat

Wanua.id – Sebuah studi mengejutkan yang diterbitkan di jurnal JAMA Network Open menunjukkan bahwa ChatGPT, chatbot berbasis kecerdasan buatan, mampu melampaui kemampuan dokter manusia dalam memberikan diagnosis medis. Penelitian ini melibatkan 50 dokter, termasuk residen dan dokter senior dari beberapa rumah sakit besar di Amerika Serikat.

Dalam penelitian tersebut, para dokter diberikan enam riwayat kasus medis nyata dan diminta menyusun diagnosis kemungkinan, penjelasan, serta langkah-langkah tambahan untuk memastikan diagnosis tersebut. Hasilnya mengejutkan: ChatGPT mencatat skor rata-rata 90 persen dalam memberikan diagnosis yang akurat, jauh di atas skor rata-rata 76 persen dari dokter yang menggunakan sumber daya medis konvensional, dan 74 persen dari dokter yang tidak menggunakan AI.

“Saya terkejut,” ujar Dr. Adam Rodman, ahli penyakit dalam di Beth Israel Deaconess Medical Center, Boston, dikutip dari The New York Times, yang turut merancang penelitian ini. Ia menambahkan bahwa kasus-kasus yang digunakan diambil dari riwayat medis nyata yang belum pernah dipublikasikan, sehingga ChatGPT tidak mungkin memiliki akses sebelumnya. Salah satu kasus mencakup diagnosis emboli kolesterol, sebuah kondisi kompleks yang berhasil diidentifikasi oleh ChatGPT dengan tepat.

Meski demikian, studi ini juga mengungkap hambatan signifikan dalam pemanfaatan AI oleh dokter. Banyak dokter tidak sepenuhnya mempercayai hasil analisis AI, bahkan ketika AI memberikan masukan yang berbeda. “Mereka sering hanya menggunakan ChatGPT untuk menjawab pertanyaan sederhana, bukan untuk analisis menyeluruh,” tambah Dr. Rodman.

Peneliti lain, Laura Zwaan dari Erasmus Medical Center Rotterdam, menyoroti faktor kepercayaan diri yang berlebihan di kalangan dokter. “Orang cenderung terlalu percaya diri ketika merasa benar,” ujarnya. Hal ini menghambat kolaborasi optimal antara manusia dan teknologi.

Hasil penelitian ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah AI seperti ChatGPT akan menjadi “perpanjangan tangan” dokter atau justru menggantikan sebagian fungsi mereka di masa depan? Meski teknologi AI telah menunjukkan potensi besar, tantangan utama masih terletak pada kepercayaan, adopsi, dan cara kerja kolaboratif antara dokter dan teknologi.

Dengan hasil ini, dunia kesehatan menghadapi masa depan yang penuh peluang sekaligus tantangan. Akankah dokter manusia bersedia membuka diri untuk berkolaborasi dengan kecerdasan buatan, ataukah teknologi ini akan menjadi kompetitor baru dalam dunia medis? (***/ar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *