Dua Guru Besar UKWMS Raih Habibie Prize 2024, Felycia Edi Soetaredjo Jadi Peraih Termuda

oleh -81 Dilihat

Wanua.id – Dua guru besar Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Felycia Edi Soetaredjo dan Anita Lie, sukses meraih Habibie Prize 2024. Felycia, yang akrab disapa Fely, mencatat sejarah sebagai penerima termuda dalam kategori ilmu dasar. Penghargaan ini semakin mempertegas kontribusinya dalam riset lingkungan.

Sejak lulus dari S1 Teknik Kimia UKWMS pada 1999, Fely konsisten meneliti di bidang teknik kimia. Inspirasi risetnya banyak dipengaruhi oleh Profesor Suryadi Ismadji, penerima Habibie Award 2017. Setelah menyelesaikan S2 di University of Queensland, Australia, pada 2000, Fely mulai berfokus pada isu lingkungan yang terinspirasi oleh kebersihan sungai dan udara di Australia.

“Saya mulai berpikir, jika lingkungan tercemar, pasti berdampak buruk pada kesehatan manusia. Ini yang mendorong saya melakukan riset pengelolaan limbah,” ujar Fely. Penelitiannya mencakup modifikasi limbah cair hingga pengelolaan limbah industri batik, dengan fokus menciptakan solusi yang terjangkau bagi UMKM.

Selain itu, Fely tergabung dalam Forum Industri Hijau Jawa Timur, sebuah wadah kolaborasi untuk memajukan pengelolaan limbah. Dalam kiprahnya, ia berharap bisa mengembangkan inovasi pengelolaan limbah yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan industri kecil.

Dengan indeks Science and Technology Index (SINTA) sebesar 7.160 dan ribuan kutipan penelitian, Fely menjadi salah satu peneliti terkemuka di Indonesia. Meski harus membagi waktu antara riset dan keluarga, ia tetap menunjukkan dedikasi penuh. “Saya bersyukur bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda, terutama di bidang STEM yang masih minim partisipasi perempuan,” tambahnya.

Habibie Prize 2024, yang diselenggarakan oleh BRIN dan LPDP, diberikan kepada lima guru besar dari berbagai bidang. Selain Fely dan Anita, penghargaan juga diraih oleh Brian Yuliarto (ITB), Bachti Alisjahbana (Unpad), dan Amin Abdullah (UIN Sunan Kalijaga). Acara ini telah menjadi ajang prestisius sejak pertama kali digelar pada 1999 untuk mengapresiasi kontribusi para ilmuwan Indonesia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Fely berharap penghargaan ini dapat memotivasi lebih banyak generasi muda untuk berani bersaing di kancah global. “Kita harus percaya diri. Dulu, negara tetangga belajar dari Indonesia. Saatnya kita kembali menjadi yang terdepan,” tutupnya. (ar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *