Wanua.id – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) mengalami pemangkasan anggaran sebesar Rp22,5 triliun pada tahun 2025. Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek, Togar M. Simatupang, menyatakan bahwa kementeriannya sedang melakukan kalkulasi ulang pagu anggaran untuk menyesuaikan dengan kebijakan efisiensi yang ditetapkan pemerintah.
Pemangkasan ini dilakukan sebagai respons atas Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dan Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025, yang dikeluarkan Presiden Prabowo Subianto pada 22 Januari 2025. Inpres tersebut menargetkan penghematan sebesar Rp50,5 triliun dari dana transfer ke daerah (TKD) dan efisiensi belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp256,1 triliun.
Togar menjelaskan bahwa penghitungan ulang anggaran akan fokus pada program-program yang tidak termasuk dalam prioritas nasional, seperti belanja pegawai dan bantuan sosial. “Kami akan memprioritaskan layanan publik, program quick win Presiden Prabowo, dan program prioritas nasional,” ujarnya.
Salah satu area yang terkena dampak signifikan adalah program riset, yang dipangkas sebesar 20 persen dari total anggaran Rp1,1 triliun. Pemotongan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan akademisi dan peneliti, terutama terkait dampaknya terhadap perkembangan sains dan teknologi di Indonesia.
Selain itu, efisiensi juga dilakukan pada pos-pos belanja seperti perjalanan dinas, rapat, dan koordinasi, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor S-37/MK.02/2025. Togar memperkirakan, pemotongan pada iterasi pertama akan mencapai Rp2 hingga Rp5 triliun.
Pemangkasan anggaran ini juga memicu reaksi dari kalangan dosen dan tenaga kependidikan. Aliansi Dosen ASN telah mengeluarkan ultimatum kepada Kemendiktisaintek, menuntut penyelesaian masalah tunjangan kinerja (tukin) yang belum kunjung tuntas. Beberapa dosen bahkan mengancam akan mogok mengajar jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Rencananya, Kemendiktisaintek akan menggelar rapat dengan Komisi X DPR pada Rabu, 12 Februari 2025, untuk membahas rencana efisiensi anggaran tersebut. Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak, termasuk kelangsungan program riset dan kesejahteraan tenaga pendidik.
Meski mengalami pemangkasan, Togar menegaskan bahwa pagu anggaran Kemendiktisaintek masih memenuhi 7,9 persen dari alokasi dana pendidikan 20 persen dalam APBN 2025. “Kami berkomitmen untuk tetap memprioritaskan program-program strategis yang mendukung kemajuan pendidikan tinggi dan sains di Indonesia,” tegasnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya telah meminta seluruh kementerian dan lembaga untuk mengefisiensikan anggaran pada 16 pos belanja, termasuk alat tulis kantor (ATK) dan kegiatan seremonial, yang masing-masing dipotong sebesar 90 persen dan 56,9 persen. “Kegiatan-kegiatan yang tidak mendesak harus diefisienkan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran negara,” ujar Sri Mulyani dalam acara BRI Microfinance Outlook 2025 di Tangerang, Banten, Kamis, 30 Januari 2025.
Dengan kebijakan efisiensi ini, pemerintah berharap dapat menghemat total Rp306,6 triliun dari APBN 2025. Namun, langkah ini juga menimbulkan tantangan bagi kementerian seperti Kemendiktisaintek, yang harus menyeimbangkan antara penghematan anggaran dan pelaksanaan program-program strategis.