Wanua.id – Presiden Prabowo Subianto melakukan perombakan kabinet dengan mengganti Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek). Posisi yang sebelumnya dipegang oleh Prof. Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro kini dipercayakan kepada Prof. Dr. Brian Yuliarto.
Satryo Soemantri Brodjonegoro, yang merupakan abang dari eks Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, mengaku mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
“Saya mengajukan pengunduran diri,” ujar Satryo di kantornya, Rabu (19/2/2025).
Sebelumnya, Satryo dirundung berbagai problem selama menjabat. Masalah tunjangan kinerja (tukin) yang tak kunjung terselesaikan menjadi salah satu isu utama yang memicu ketidakpuasan di kalangan dosen-dosen ASN. Selain itu, gelombang demonstrasi pegawai kementerian yang sempat menghebohkan di awal pemerintahan Prabowo. Tak hanya di internal kementerian, kebijakan-kebijakan yang dianggap kurang berpihak kepada mahasiswa juga memicu aksi protes besar-besaran. Demonstrasi mahasiswa yang menolak sejumlah kebijakan pendidikan tinggi terjadi di berbagai daerah, menambah tekanan terhadap terhadapnya.
Sebagai penggantinya, Prof. Brian Yuliarto diharapkan membawa perubahan di sektor pendidikan tinggi, sains, dan teknologi. Lahir di Jakarta pada 27 Juli 1975, Prof. Brian merupakan akademisi dan profesor nanoteknologi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Beliau menyelesaikan studi sarjana di ITB pada tahun 1999, kemudian meraih gelar magister dan doktor di bidang Quantum Engineering and System Science dari University of Tokyo, Jepang, masing-masing pada tahun 2002 dan 2005.
Sebelum penunjukannya sebagai menteri, Prof. Brian menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri ITB periode 2020 hingga 2024 dan menjadi Visiting Professor di Universitas Tsukuba sejak 2021. Penelitiannya berfokus pada pengembangan sensor berbasis nanoteknologi untuk mendeteksi gas berbahaya, polutan lingkungan, serta diagnosis penyakit seperti kanker, hepatitis, dan demam berdarah.
Dalam karier akademisnya, Prof. Brian telah menerbitkan lebih dari 326 publikasi di jurnal internasional yang terindeks Scopus, dengan total 5.506 sitasi dan h-indeks 43. Beliau juga menerima berbagai penghargaan, termasuk Habibie Prize pada tahun 2024 dan pengakuan sebagai salah satu dari 2% ilmuwan top dunia pada tahun yang sama.