Kampus Perlu Strategi Hadapi Krisis Dana Penelitian

oleh -168 Dilihat

Wanua.id – Sejumlah perguruan tinggi di Indonesia tengah menghadapi tantangan besar akibat kebijakan penghematan dana penelitian. Pemangkasan anggaran riset yang diberikan oleh pemerintah membuat banyak kampus harus mencari strategi alternatif agar ekosistem penelitian tetap berjalan dan inovasi terus berkembang.

Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2025. Instruksi pemangkasan anggaran itu ditindaklanjuti dengan edaran Menteri Keuangan Nomor S-37/MK.02/2025. Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta kementerian dan lembaga memangkas anggaran 16 pos belanja hingga Rp 256,1 triliun. Ia juga menargetkan penghematan sebanyak Rp 50,5 triliun dana transfer ke daerah (TKD). Jadi, secara keseluruhan, APBN ditargetkan dipangkas sebanyak Rp 306,6 triliun.

Arif Satria, Rektro IPB, menegaskan bahwa dana riset memiliki peran vital dalam mendorong kemajuan teknologi dan inovasi di perguruan tinggi. Ia menyebutkan bahwa IPB telah melakukan berbagai langkah strategis guna mengatasi keterbatasan dana penelitian. Beberapa di antaranya adalah menjalin kerja sama riset dengan berbagai universitas luar negeri, seperti University of Waterloo untuk penelitian rumput laut, Wageningen University di Belanda dalam bidang smart farming, serta National University of Singapore dan Oxford University dalam berbagai proyek riset strategis. Dari upaya kolaboratif ini, IPB berhasil mengamankan dana kerja sama riset internasional hingga Rp 570 miliar untuk periode 2023-2024.

Meskipun begitu, tantangan tetap ada. Menurut Didi Achjari, Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada, keterbatasan hibah penelitian dari pemerintah telah menjadi masalah sejak sebelum adanya kebijakan penghematan anggaran. Ia mengungkapkan bahwa banyak kampus di Indonesia belum memiliki fleksibilitas dan komitmen yang cukup untuk mengalokasikan dana penelitian secara mandiri. Hal ini berdampak pada terhambatnya perkembangan ekosistem penelitian di berbagai institusi pendidikan tinggi.

Untuk menyiasati kendala ini, banyak perguruan tinggi mulai menggalakkan kerja sama dengan sektor swasta, baik dalam bentuk pendanaan penelitian bersama maupun skema penelitian berbasis industri. Selain itu, upaya penggalangan dana dari alumni dan filantropi pendidikan juga semakin digencarkan guna menutup kesenjangan anggaran riset. Rektor IPB University Arif Satria juga menegaskan bahwa kampusnya terus berinovasi dan menjalankan riset dari dana internasional meskipun dana hibah dari pemerintah semakin terbatas.

Menyiasati dampak pemangkasan itu, Hamdi Muluk, Wakil Rektor UI Bidang Riset dan Inovasi, mendorong laboratorium yang ada di setiap departemen di kampus untuk berburu dana, entah ke industri atau lembaga-lembaga asing. Dia mengatakan riset UI yang memiliki landasan yang kuat dan status perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-BH) bisa menjadi privilege atau hak istimewa tersendiri. “Kampus memang harus lebih kreatif untuk memperbesar basis-basis pendanaan yang bisa digaet,” kata Hamdi. Dia menuturkan, beberapa hari lalu, UI meluncurkan inovasi ekstrak propolis dengan penyedia produk herbal, pengembang loka pasar, dan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).

Dengan berbagai strategi tersebut, perguruan tinggi di Indonesia diharapkan tetap mampu menjaga produktivitas penelitian dan berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, meskipun menghadapi keterbatasan pendanaan dari pemerintah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *