Kemendiktisaintek Dinilai Gagal Prioritas, Memilih Bangun SMA dan Lupakan Dosen

oleh -55 Dilihat

Wanua.id – Gusniarjo Mokodompit, seorang dosen muda dari Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) melontarkan kritik terhadap prioritas Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) yang lebih memilih membangun Sekolah Unggulan Garuda daripada fokus pada pengembangan dosen. Kritik ini disampaikan dalam diskusi bertajuk “Diskusi Intelektual Tukin For All” di Gedung Rektorat UNSRAT, Jumat (24/01/2025).

“Jika Kemendiktisaintek benar-benar berpihak pada dosen, seharusnya ada program nyata untuk mendukung kesejahteraan dan pengembangan profesional dosen, bukan malah sibuk membangun Sekolah Unggulan Garuda yang sebenarnya merupakan domain Kemendikdasmen,” ujarnya.

Pembangunan Sekolah Unggulan Garuda menjadi salah satu program prioritas Kemendiktisaintek hingga 2029. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo, menargetkan pembangunan 40 SMA unggulan di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 20 sekolah merupakan pembangunan baru, sementara sisanya adalah peningkatan status SMA/MA yang sudah ada menjadi sekolah unggulan.

Saat ini, empat sekolah unggulan pertama sedang dibangun di Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Ibu Kota Nusantara (IKN). Salah satu lokasi di Sulawesi Utara menjadi sorotan publik karena melibatkan anggaran besar dari Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi.

“Lokasi pembangunan sekolah unggulan ini kami sebar di hampir setiap provinsi agar pemerataan pendidikan berkualitas dapat tercapai,” ujar Satryo dalam konferensi pers di Jakarta pada Desember 2024 lalu.

Namun, keputusan Kemendiktisaintek untuk mengambil alih program ini dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menuai kritik. Banyak pihak mempertanyakan relevansi program tersebut dengan fokus utama Kemendiktisaintek, yaitu pengembangan pendidikan tinggi, sains, dan teknologi.

Pakar Sosiologi Pendidikan Universitas Airlangga, Prof. Dr. Tuti Budirahayu, turut mengkritisi langkah ini. Menurutnya, pembangunan Sekolah Unggulan Garuda tidak memiliki urgensi yang jelas karena tidak didasarkan pada kajian mendalam atau data pendidikan yang komprehensif.

“Alih-alih membangun sekolah baru, pemerintah seharusnya meningkatkan kualitas sekolah yang sudah ada dan melakukan pemerataan pendidikan di semua jenjang,” tegas Prof. Tuti.

Kritik dari berbagai pihak ini mencerminkan perlunya evaluasi ulang terhadap prioritas Kemendiktisaintek. Langkah strategis kementerian diharapkan dapat lebih fokus pada peningkatan kualitas pendidikan tinggi dan kesejahteraan dosen, sesuai dengan tugas dan fungsi utamanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *