Melestarikan Identitas Minahasa Lewat Upacara Wangunen Le’os Um Banua

oleh -29 Dilihat

Wanua.id, Minahasa – Upacara adat Wangunen Le’os Um Banua Wangko Minahasa di Cagar Budaya Watu Pinawetengan, Desa Pinabetengan, Kecamatan Tompaso Barat, Minahasa, Sulawesi Utara pada Jumat, 3 Januari 2025, bukan sekadar seremoni rutin, tetapi sebuah cermin dari kekayaan budaya dan identitas masyarakat Minahasa.

Sebagai salah satu simbol sejarah dan kebudayaan Minahasa, Watu Pinawetengan memegang peran penting dalam menjaga hubungan antara manusia, leluhur, dan alam. Prosesi doa dan penyiraman yang dilakukan di situs ini bukan hanya ritual formal, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur.

Penjabat (Pj) Bupati Minahasa, Noudy Tendean, bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Minahasa, mengikuti setiap rangkaian upacara dengan penuh khidmat. Dalam sambutannya, Noudy menekankan bahwa budaya bukan sekadar bagian dari masa lalu, melainkan landasan penting untuk masa depan.

Lebih dari sekadar seremoni budaya, aktivitas Wangunen Le’os Um Banua Wangko Minahasa juga memiliki potensi besar sebagai ajang wisata budaya. Wisatawan dapat merasakan langsung kekayaan tradisi Minahasa melalui prosesi sakral ini, sambil menikmati keindahan alam dan suasana khas di sekitar Watu Pinawetengan.

“Sejarah dan budaya Minahasa tidak hanya menjadi kebanggaan kita, tetapi juga kekuatan untuk membangun jati diri generasi mendatang. Melalui upacara seperti ini, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga merawat nilai-nilai persaudaraan dan kebersamaan yang menjadi ciri khas masyarakat Minahasa,” ujar Noudy.

Ia juga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam melestarikan budaya. Menurutnya, keberadaan situs seperti Watu Pinawetengan harus dipahami dan dihargai, bukan hanya sebagai lokasi sejarah tetapi juga sebagai pusat pembelajaran budaya.

“Generasi muda harus memahami bahwa Watu Pinawetengan bukan sekadar batu biasa, tetapi saksi bisu dari perjalanan panjang peradaban Minahasa. Melalui upacara seperti ini, kita menghidupkan kembali semangat persatuan dan kesadaran akan pentingnya menjaga budaya,” tambahnya.

Noudy juga menyoroti bahwa pelestarian budaya memerlukan keterlibatan aktif semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan tokoh adat. Dengan demikian, budaya Minahasa tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang seiring perubahan zaman.

Upacara adat Wangunen Le’os Um Banua Wangko Minahasa bukan sekadar ritual tahunan, tetapi sebuah pengingat akan betapa pentingnya budaya dalam membentuk identitas kolektif. Di tengah derasnya arus globalisasi, momen seperti ini menjadi benteng pertahanan terakhir agar budaya lokal tetap hidup dan relevan.

“Jika kita memiliki niat yang tulus untuk melestarikan dan membangun Minahasa, maka semesta akan ikut bekerja sama mewujudkannya. Mari kita jaga budaya ini sebagai warisan berharga bagi generasi mendatang,” tandas Noudy.

Upacara di Watu Pinawetengan bukan hanya kegiatan seremonial, melainkan ruang refleksi bersama untuk memahami bahwa budaya adalah identitas, kekuatan, dan warisan yang tak ternilai harganya.

banner 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *