Wanua.id – Kebijakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memusatkan peneliti di homebase unit kerja di bawah organisasi riset terus menjadi sorotan. Tidak hanya peneliti yang berbasis di luar Jawa, keresahan juga dirasakan mereka yang berada di dekat atau bahkan di dalam kawasan homebase tersebut.
Di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno di Cibinong, Kabupaten Bogor, yang menjadi pusat berbagai organisasi riset, keterbatasan ruang kerja menjadi kendala serius. Peneliti di lokasi tersebut sering kali kesulitan mendapatkan tempat untuk bekerja. Kondisi ini membuat sebagian dari mereka harus mencari alternatif seperti bekerja di luar kantor, meskipun hal ini tidak ideal.
Keterbatasan fasilitas juga dirasakan di laboratorium. Antrean panjang untuk menggunakan peralatan menjadi tantangan, terutama jika peneliti dari daerah harus bergabung ke pusat. Kekhawatiran semakin besar ketika bahan penelitian, khususnya bahan kimia berbahaya, masih banyak disimpan di laboratorium mitra di luar pusat. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan pusat untuk menangani kebutuhan spesifik tersebut.
BRIN menganggap kebijakan ini sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas peneliti dengan mengonsentrasikan sumber daya di pusat-pusat unggulan. Dengan anggaran yang terbatas, pendekatan ini dinilai lebih efisien dalam menyediakan fasilitas yang terstandardisasi. Namun, implementasi kebijakan tersebut menghadapi kendala operasional yang cukup signifikan.
Peneliti berharap ada perhatian lebih terhadap perencanaan dan penyediaan infrastruktur yang memadai untuk mendukung kebijakan ini, terutama dalam memastikan bahwa kebutuhan dasar seperti ruang kerja, laboratorium, dan penyimpanan bahan penelitian dapat terpenuhi secara optimal. (***/ar)