Trump Hentikan USAID, Proyek SDG di Indonesia Terancam

oleh -45 Dilihat

Wanua.id – Ketua Yayasan Bina Lentera Insan, Asep Rahman, menyoroti dampak penghentian USAID terhadap berbagai proyek sosial dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.

“Selama ini kami merupakan salah satu lembaga sosial yang sangat terbantu dengan USAID. Sebelumnya, kami telah melakukan kegiatan bersama dengan Petabencana.id yang didanai oleh USAID terkait mitigasi bencana. Tahun 2025 kami berencana melakukan kegiatan penguatan kapasitas UMKM project MSME Finance bersama MCA-Indonesia II. Kami berharap kebijakan penghentian USAID ini tidak berdampak besar, namun kami akui pasti akan berdampak,” ujarnya.

Kebijakan terbaru Donald Trump untuk menghentikan bantuan luar negeri melalui USAID berdampak langsung pada berbagai proyek terkait Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia. Sejumlah proyek yang bergerak di bidang manajemen penyakit, penanggulangan bencana, hingga perlindungan lingkungan kini menghadapi ketidakpastian.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai pemangku kepentingan, seluruh staf dan mitra proyek USAID di Indonesia diminta untuk menghentikan aktivitas mereka dalam jangka waktu 90 hari, sambil menunggu evaluasi lebih lanjut. Salah satu narasumber yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kebingungan yang terjadi di lapangan.

“Kami sendiri belum memahami secara utuh karena belum ada komunikasi dari USAID,” ujarnya. Keputusan mendadak ini tidak hanya menimbulkan ketidakjelasan status pekerjaan bagi staf lembaga, tetapi juga bagi para mitra proyek yang bekerja sama dengan USAID.

“Tanpa proses transisi yang jelas, kami kesulitan untuk membangun komunikasi dengan mitra maupun penerima manfaat proyek,” tambah narasumber lain.

Kebijakan penghentian ini juga berdampak pada aspek finansial, khususnya dalam skema Negotiated Indirect Cost Rate Agreement (NICRA), yang sebelumnya digunakan untuk menutupi biaya operasional lembaga penerima dana USAID. Dengan penghentian proyek, banyak lembaga yang kini kehilangan sumber dana penting tersebut.

Dampak lebih lanjut dari kebijakan ini semakin sulit untuk dipetakan sejak situs web resmi USAID ditutup, sehingga akses informasi terkait proyek-proyek USAID di Indonesia menjadi terbatas. Namun, berdasarkan penelusuran melalui situs pencarian kerja UNJobs serta unggahan mitra proyek di media sosial, sejumlah program yang seharusnya masih berlangsung kini berada dalam ketidakpastian.

Salah satu proyek yang terdampak adalah USAID Ber-IKAN, yang bertujuan meningkatkan pengelolaan perikanan berkelanjutan dan berkeadilan, yang seharusnya berjalan hingga 2027. Begitu pula dengan proyek Indonesia Urban Resilient Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH Tangguh) dan KUAT, yang memiliki target penyelesaian dalam beberapa tahun mendatang. USAID juga bekerja sama dengan Humanitarian Forum Indonesia dalam proyek Steady, yang kini menghadapi ketidakpastian.

Program USAID BEBAS TB, yang ditujukan untuk menekan insiden tuberkulosis hingga 65 kasus per 100.000 orang pada 2030, juga menjadi salah satu proyek yang terdampak. Selain itu, proyek USAID-SEGAR di Aceh, yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan pengembangan industri kakao, kini menghadapi tantangan besar.

Keputusan penghentian USAID ini sejalan dengan kebijakan Trump yang menegaskan bahwa bantuan luar negeri bukan lagi prioritas bagi pemerintahannya. Selain menghentikan pendanaan, Trump juga telah memecat sejumlah pejabat tinggi USAID dan staf yang telah mengabdi selama lebih dari dua dekade.

Sementara itu, pernyataan kontroversial dari Elon Musk yang menyebut USAID sebagai “organisasi kriminal” yang “mendanai riset senjata biologis, termasuk Covid-19” semakin memperkeruh situasi. Pernyataan ini menuai reaksi beragam dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri.

Dampak lebih lanjut dari kebijakan ini masih harus dipantau, terutama bagi keberlanjutan proyek-proyek SDG di Indonesia yang bergantung pada dukungan USAID.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *