Wanua.id – Warga Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sulawesi Utara, masih memilih tidur di luar rumah setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,0 mengguncang wilayah tersebut pada Rabu (26/2) pagi. Sebagian warga mendirikan tenda darurat, sementara lainnya mengungsi ke kebun atau tempat yang lebih tinggi karena khawatir akan gempa susulan dan potensi tsunami.
Gempa tersebut terjadi pada pukul 05.55 WIB dengan episenter di laut, sekitar 42 kilometer tenggara Tutuyan, pada kedalaman 11 kilometer. Kepala BMKG Stasiun Geofisika Manado, Tony Agus Wijaya, menjelaskan bahwa gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Sangihe dengan mekanisme pergerakan geser.
“Setelah gempa utama, biasanya terjadi rentetan gempa susulan sebagai proses alami pelepasan energi tektonik dan aktivitas kerak bumi,” ujar Tony di Manado, Kamis (27/2).
Masyarakat diminta tetap tenang dan waspada, serta mengikuti informasi resmi dari BMKG melalui media sosial dan aplikasi Info BMKG.
Dari laporan Kepala BPBD Boltim, James Tine, banyak warga yang langsung bergerak ke tempat yang lebih tinggi sesaat setelah gempa terjadi. “Mereka khawatir akan potensi tsunami, meskipun BMKG telah menyatakan gempa ini tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Kondisi ini membuat sejumlah warga memilih tidur di luar rumah sejak Rabu malam hingga Kamis malam. Beberapa di antaranya mengungsi ke kebun, sementara lainnya mendirikan tenda darurat di halaman rumah.
“Sampai sekarang masih banyak yang tidur di luar rumah karena masih takut dengan gempa susulan,” ujar seorang warga Tutuyan.
BMKG mencatat gempa susulan masih mungkin terjadi dalam beberapa waktu ke depan, namun warga diimbau untuk tidak panik dan tetap menjalankan aktivitas seperti biasa dengan tetap meningkatkan kewaspadaan.