Sentani, Wanua.id – Di tengah riuh rendah aktivitas Bandara Sentani, bunyi roda koper yang bergeser di lantai, panggilan penerbangan yang menggema, dan langkah-langkah terburu-buru penumpang, sebuah suara lembut biola tiba-tiba mencuri perhatian. Alunan melodi yang melintas di udara bukan hanya menghadirkan kedamaian, tetapi juga seolah membawa para pengunjung masuk ke dimensi lain di balik hiruk-pikuk bandara.
Tepat di sudut dekat pintu keberangkatan, seorang pemain biola tampak berdiri dengan anggun, menggesek senar-senar biolanya dalam ritme yang mengalun. Nadanya lirih, berpadu dengan gemuruh aktivitas manusia. Lagu-lagu klasik bercampur dengan nuansa Papua, membawa getaran yang menenangkan hati dan membuat beberapa orang berhenti sejenak untuk mendengarkan—mungkin terpesona oleh kontras antara musik dan keramaian bandara.
Bandara Sentani sendiri bukan sekadar tempat transit biasa. Dibangun oleh Angkatan Udara Amerika Serikat pada masa Perang Dunia II, bandara ini memegang peran vital dalam sejarah Papua. Selama perang, Bandara Sentani digunakan sebagai pangkalan militer untuk mengatur serangan ke wilayah Pasifik. Pasukan Sekutu menjadikannya titik strategis untuk menghubungkan Papua dengan wilayah lainnya. Dalam sejarahnya, bandara ini bukan hanya pusat pergerakan pesawat tempur, tetapi juga simbol awal keterhubungan Papua dengan dunia luar.
Kini, dalam masa damainya, bandara yang dulu sibuk oleh raungan mesin pesawat tempur dan langkah-langkah militer itu, dipenuhi oleh para penumpang yang datang dan pergi, membawa cerita dan harapan baru. Kehadiran biola di tengah keramaian ini seolah memberi penekanan berbeda: Sentani, yang dulunya hanya dikenal sebagai titik militer strategis, kini telah menjadi simpul pertemuan budaya dan peradaban.
Saat lagu terakhir berhenti, dan pemain biola itu menundukkan kepala dengan senyum sederhana, bandara kembali ke hiruk-pikuknya. Namun, bagi mereka yang sempat mendengarkan, melodi biola itu meninggalkan jejak: suara yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, melantunkan harmoni antara sejarah perang dan perdamaian, serta antara tempat transit dan titik awal cerita-cerita baru. (ar)