Wanua.id – Desa Tiwoho yang terletak di pesisir pantai Sulawesi Utara, memiliki kekayaan laut yang melimpah. Namun, potensi besar dari hasil laut ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Sebagian besar penduduk desa bekerja sebagai nelayan, profesi yang berhubungan langsung dengan sumber daya alam laut. Sayangnya, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, nelayan termasuk pekerjaan dengan tingkat kolesterol dan trigliserida tertinggi kedua di Indonesia. Hal ini juga senada dengan pernyataan dari beberapa warga setempat yang mengeluhkan banyak menghadapi masalah kesehatan seperti hipertensi dan kolesterol tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun mereka berdekatan dengan sumber pangan yang kaya nutrisi seperti ikan, pemanfaatan sumber daya ini untuk kesehatan masih belum optimal.
Melihat hal ini, dosen dan mahasiswa yang tergabung dalam Tim PKM (Program Kemitraan Masyarakat) Universitas Sam Ratulangi berinisiatif untuk melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ekstraksi minyak ikan sebagai upaya pencegahan penyakit kardiovaskular, yang belakangan semakin menjadi perhatian serius di masyarakat. “Melalui pelatihan ini, kami mengajak ibu-ibu memanfaatkan potensi sumber daya lokal untuk menjaga kesehatan jantung” ujar Yuanita, salah satu dosen yang terlibat dalam pelatihan ini.
Pelatihan yang melibatkan ibu-ibu yang tergabung dalam Majelis Taklim An-Nur di Desa Tiwoho, Kabupaten Minahasa Utara telah dilakukan pada 28 September 2024. Kegiatan ini tidak sekadar mengajarkan bagaimana cara mengekstraksi minyak ikan, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang manfaat kesehatan dari konsumsi minyak ikan, terutama dalam melindungi jantung dari risiko penyakit. Dengan semakin tingginya prevalensi penyakit jantung di Indonesia, upaya pencegahan melalui pola makan yang sehat menjadi semakin penting. Pelatihan ini menjadi salah satu langkah nyata menuju masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan sejak dini.
Apoteker Meilani, salah satu dosen yang memimpin kegiatan ini, menjelaskan, “Kami berharap masyarakat, terutama ibu-ibu, bisa memproduksi minyak ikan sendiri. Selain bisa dikonsumsi untuk kesehatan keluarga, minyak ikan ini juga berpotensi menjadi produk ekonomi yang bisa dijual ke luar desa.” Hal ini membuka peluang baru bagi masyarakat Tiwoho, bukan hanya dalam aspek kesehatan, tetapi juga ekonomi.
Dengan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat, desa ini diharapkan dapat menjadi contoh bagaimana kekayaan alam setempat dapat diolah secara cerdas untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat oleh Universitas Sam Ratulangi, yang berkomitmen mendukung pembangunan berkelanjutan melalui pemberdayaan lokal. Selain dari aspek kesehatan, pelatihan ini juga diharapkan mampu membuka peluang usaha baru bagi warga desa. (***/ar)